MENJADI seorang wirausahawan yang meraih kesuksesan, bukanlah hal yang mudah. Banyak kendala yang harus dialami seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan.
Sejauh ini, permodalan menjadi kendala klasik bagi seseorang untuk merintis usaha. Namun, kesulitan finansial tidak harus menjadi hambatan atau membuat seseorang mengurungkan niatnya untuk menjadi pengusaha.
Itu dialami Ali Bagus Antra Suantra. Buktinya, anak muda asli Bandung tersebut, kini, menjelma menjadi seorang wirausahawan yang tergolong sukses. Kini, dia memiliki resto bernama Bebek Girang, yang berlokasi di Jalan Sulanjana 19 Bandung. Dia balik itu, ternyata, Ali harus melakoni rintangan yang berliku dan tidak mudah.
"Ide awal terbentuknya Bebek Garang ini sekitar tiga tahun silam. Ketika itu, saya dan beberapa teman berkumpul. Saat itu, kami berbincang-bincang tentang dunia usaha. Itu karena kami memang ingin membuka usaha," kata Ali seusai merebut Juara I Youth Start Up Icons di Hotel Aston Pasteur, Jalan Pasteur Bandung, Selasa (21/6).
Ali mengisahkan, dalam pembicaraan itu, mereka membahas bidang usaha apa yang sekiranya dapat menuai hasil optimal. Kemudian, tercetuslah bahwa kuliner menjadi pilihannya.
Lagi-lagi, untuk menentukan jenis kulinernya, bersama teman-temannya, Ali tidak langsung memutuskannya. Mereka mempelajari kuliner apa yang punya potensi besar untuk berkembang. Akhirnya, mereka memutuskan untuk menekuni kuliner berbahan baku bebek.
Meski demikian, kata Ali, modal kembali menjadi kendala. Namun, mereka tidak patah arang, apalagi mengurungkan niatnya. Selanjutnya, mereka mencoba mencari investor untuk merintis usaha bebek tersebut.
"Bisa dikatakan, kami modal dengkul. Alhamdulillah, ada investor yang bersedia berinvestasi. Modal awalnya, Rp 10 juta. Kami pun berusaha menjaga kepercayaan itu. Caranya, bersungguh-sungguh menjalankan usaha," ujarnya.
Setelah menerima suntikan dana, lanjut Ali, mereka mulai membuka food court kecil-kecilan. Ternyata, setelah membuka food court itu, Ali mulai merasakan perjuangan yang berat untuk meraih kesuksesan.
"Kami pernah jatuh bangun. Selama 8 bulan, kami tidak meraih untung. Hasil usaha kami tidak untung, tetapi tidak rugi. Dalam bahasa Sunda, istilahnya plus plos," ujarnya sambil tersenyum.
Walau begitu, Ali tetap memutuskan untuk melanjutkan bisnisnya. Dia mulai berani mengembangkan usahanya. "Asalnya kami ada di Jalan Kyai Luhur 9. Lalu, setelah memutuskan untuk mengembangkan usaha, kami pindah ke Jalan Sulanjana," katanya.
Untuk mengembangkan bisnisnya, berbagai upaya dia lakukan. Mulai melakukan promosi secara konvensional alias dari mulut ke mulut, hingga pemanfaatan dunia maya. "Hasilnya, Alhamdulillah. Kami berkembang pesat, terlebih, setelah melakukan promosi dan marketing melalui dunia maya, semisal jejaring face book," ujarnya.
Lalu, konsumennya dari mana saja? Ali menjawab, pengunjung Bebek Garang alias Bebek Segar Merangsang datang dari berbagai daerah, baik lokal, maupun regional. "Misalnya, asal Jakarta. Bahkan, ada pula pengunjung asal luar negeri, seperti Malaysia, termasuk Belanda. Alhamdulillah, saat ini, omzetnya sekitar Rp 300 juta per bulan," katanya.
Kendati sudah tergolong meraih sukses, Ali berpendapat, menjadi seorang wirausahawan tetap harus bekerja keras. Menurutnya, anggapan bahwa menjadi seorang pengusaha itu adalah sesuatu yang mengenakkan karena tidak terikat waktu tetapi punya penghasilan tidak terbatas, kenyataannya, tidak demikian.
"Saya kira, istilah yang tepat adalah fleksibel itu karena pengusaha tidak terikat waktu kerja. Tapi, tetap saja, kami harus berpikir selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Itu karena kami harus terus berkreasi dan berinovasi agar dapat tetap eksis dan berdaya saing," urainya menutup pembicaraan. (erwin adriansyah)
sumber
Sejauh ini, permodalan menjadi kendala klasik bagi seseorang untuk merintis usaha. Namun, kesulitan finansial tidak harus menjadi hambatan atau membuat seseorang mengurungkan niatnya untuk menjadi pengusaha.
Itu dialami Ali Bagus Antra Suantra. Buktinya, anak muda asli Bandung tersebut, kini, menjelma menjadi seorang wirausahawan yang tergolong sukses. Kini, dia memiliki resto bernama Bebek Girang, yang berlokasi di Jalan Sulanjana 19 Bandung. Dia balik itu, ternyata, Ali harus melakoni rintangan yang berliku dan tidak mudah.
"Ide awal terbentuknya Bebek Garang ini sekitar tiga tahun silam. Ketika itu, saya dan beberapa teman berkumpul. Saat itu, kami berbincang-bincang tentang dunia usaha. Itu karena kami memang ingin membuka usaha," kata Ali seusai merebut Juara I Youth Start Up Icons di Hotel Aston Pasteur, Jalan Pasteur Bandung, Selasa (21/6).
Ali mengisahkan, dalam pembicaraan itu, mereka membahas bidang usaha apa yang sekiranya dapat menuai hasil optimal. Kemudian, tercetuslah bahwa kuliner menjadi pilihannya.
Lagi-lagi, untuk menentukan jenis kulinernya, bersama teman-temannya, Ali tidak langsung memutuskannya. Mereka mempelajari kuliner apa yang punya potensi besar untuk berkembang. Akhirnya, mereka memutuskan untuk menekuni kuliner berbahan baku bebek.
Meski demikian, kata Ali, modal kembali menjadi kendala. Namun, mereka tidak patah arang, apalagi mengurungkan niatnya. Selanjutnya, mereka mencoba mencari investor untuk merintis usaha bebek tersebut.
"Bisa dikatakan, kami modal dengkul. Alhamdulillah, ada investor yang bersedia berinvestasi. Modal awalnya, Rp 10 juta. Kami pun berusaha menjaga kepercayaan itu. Caranya, bersungguh-sungguh menjalankan usaha," ujarnya.
Setelah menerima suntikan dana, lanjut Ali, mereka mulai membuka food court kecil-kecilan. Ternyata, setelah membuka food court itu, Ali mulai merasakan perjuangan yang berat untuk meraih kesuksesan.
"Kami pernah jatuh bangun. Selama 8 bulan, kami tidak meraih untung. Hasil usaha kami tidak untung, tetapi tidak rugi. Dalam bahasa Sunda, istilahnya plus plos," ujarnya sambil tersenyum.
Walau begitu, Ali tetap memutuskan untuk melanjutkan bisnisnya. Dia mulai berani mengembangkan usahanya. "Asalnya kami ada di Jalan Kyai Luhur 9. Lalu, setelah memutuskan untuk mengembangkan usaha, kami pindah ke Jalan Sulanjana," katanya.
Untuk mengembangkan bisnisnya, berbagai upaya dia lakukan. Mulai melakukan promosi secara konvensional alias dari mulut ke mulut, hingga pemanfaatan dunia maya. "Hasilnya, Alhamdulillah. Kami berkembang pesat, terlebih, setelah melakukan promosi dan marketing melalui dunia maya, semisal jejaring face book," ujarnya.
Lalu, konsumennya dari mana saja? Ali menjawab, pengunjung Bebek Garang alias Bebek Segar Merangsang datang dari berbagai daerah, baik lokal, maupun regional. "Misalnya, asal Jakarta. Bahkan, ada pula pengunjung asal luar negeri, seperti Malaysia, termasuk Belanda. Alhamdulillah, saat ini, omzetnya sekitar Rp 300 juta per bulan," katanya.
Kendati sudah tergolong meraih sukses, Ali berpendapat, menjadi seorang wirausahawan tetap harus bekerja keras. Menurutnya, anggapan bahwa menjadi seorang pengusaha itu adalah sesuatu yang mengenakkan karena tidak terikat waktu tetapi punya penghasilan tidak terbatas, kenyataannya, tidak demikian.
"Saya kira, istilah yang tepat adalah fleksibel itu karena pengusaha tidak terikat waktu kerja. Tapi, tetap saja, kami harus berpikir selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Itu karena kami harus terus berkreasi dan berinovasi agar dapat tetap eksis dan berdaya saing," urainya menutup pembicaraan. (erwin adriansyah)
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar